Jalan Panjang Warung Burjo : dari Kacang Ijo hingga Berubah menjadi Warmindo (Topik I, II, III)
Jalan Panjang Warung Burjo: dari Kacang Ijo Hingga
Warung burjo (bubur kacang ijo) bagi mahasiswa sekitar Yogyakarta, Semarang, dan Surakarta pasti tidak asing dengan tempat makan ini. Warung burjo, memang identik dan dekat dengan telinga dan lidah anak kos di tiga daerah tersebut. Mudah sekali menjumpai warung burjo di sekitaran kampus.
Siapa sangka pada 1950, Rurah Salim Saca adalah cikal bakal dari usaha warung burjo. Disadur dari phinemo.com Ia bahkan mengklaim sebagai orang pertama yang membuat bubur kacang ijo (burjo). Salim berjualan Burjo di kota Kuningan dengan membuka warung sederhana.
Setelahnya, banyak orang berinisiatif untuk mengikuti jejak Rurah Salim sebelum akhirnya disebarkan oleh warga Kuningan ke kota-kota lain di Indonesia seperti Jogja, Semarang, Jakarta, Solo, dan banyak lainnya. Tak heran warung-warung burjo hampir semua pekerjanya adalah mas-mas dari Jawa Barat yang kerang dipanggil mahasiswa dengan sapaan Aa.
Pada awalnya warung Burjo hanya menjual bubur kacang ijo. Namun seiiring perkembangan zaman warung Burjo kini telah bermetamorfosa. Sekarang di warung burjo, justru jarang ditemukan burjo, kini tergantikan mie instan dan nasi sayur seperti umumnya warung makan.
Ade (33) salah satu pedagang burjo mengatakan bahwa ia lebih memilih menjual olahan mie instan. Menurutnya jika hanya mengandalkan bubur kacang ijo tidak mencukupi permintaan mahasiswa yang lebih kepada olahan cepat saji lainnya. “Burjo kami masih menyediakan tapi dalam sehari hanya menjual kurang dari 10 mangkuk,” ungkapnya 22/10/2020.
Tidak hanya Ade, apa yang kita jumpai saat mengunjungi warung burjo saat ini telah meninggalkan olahan kacang ijo sebagai menu utama. Banyak dijumpai mie instan dan olahan lainnya yang lebih diminati dan banyak macamnya.
Berubah menjadi Warmindo
Warung Burjo telah berubah menjadi Warmindo (warung indomie). Mereka memilih untuk mengikuti selera pasar mahasiswa yang lebih memilih mie instan ketimbang burjo atau menu-menu lain pengenyang perut.
Pemilik warung muali menambah varian menu lain, turunan dari produk mi instan seperti nasi goring, magelangan yakni nasi goreng dicampur mie atau juga mie dok-dok, nasi sarden dan makanan lain yang bisa disajikan dengan cepat.
Tidak hanya itu, tahun 2009, terjadi kenaikan komoditas kacang hijau yang cukup besar. Bahkan disebutkan, satu kilogram kacang hijau serupa dengan 3 kilogram beras. Hal ini menjadi faktor mengapa proses peralihan ke mie instan dipengaruhi. Mau tidak mau para pedagang burjo harus memutar wajan mencoba menu lain yang praktis.
Setelah munculnya berbagai menu omzet pendapatan juga naik signifikan. Galih (29) mengatakan dapat meraup untung bersih Rp200.000 hingga Rp300.000 per hari. “Makanya dulu kami punya warung burjo sekarang jadi Warmindo karena lihat omzetnya juga besar,” terangnya 24/10/2020.
Menu masakan di warung burjo, beralih layaknya warteg dan mulai berubah nama menjadi Warmindo. Nama ini merujuk kepada sebuah merek mie instan yang populer di Indonesia. Tidak heran burjo kini lebih didominasi oleh olahan mi dan sebagainya.
Menilik Kesejahteraan Aa’ Burjo 24 Jam
Burjo Oneway dekat kampus UMS buka cabang yang ketiga. Burjo tersebut langsung beroprasi selama 24 jam penuh, seperti cabang yang pertama dan kedua. Opik sebagai pegawai burjo yang biasa di panggil aa’ Opik menceritakan tentang apa yang ia persiapkan agar tetap semangat ketika bekerja di malam hari. Karena biasanya Opik kebagian shift malam.
Bersama ketiga pegawai yang lain, Opik bercerita bahwa pegawai yang kebagian jam malam mulai bekerja dari pukul tujuh malam sampai pukul sembilan pagi. Akan tetapi ia menambahkan bahwa setiap pukul tujuh pagi sudah ada pegawai jam pagi, jadi ia bisa sambil beristirahat. Opik menceritakan bahwa ada tiga pembagian jam kerja di Burjo Oneway.
Pertama, pegawai jam pagi bekerja dimulai dari pukul tujuh pagi sampai pukul sembilan malam. Jam kedua yaitu pada siang hari, bekerja mulai pukul sepuluh sampai dengan pukul dua belas malam. Jam ketiga yaitu jam terakhir atau jam malam, mulai pukul tujuh malam sampai dengan pukul sembilan pagi. Setiap jam kerja tersebut terdapat kurang lebih tiga sampai lima pegawai.
Burjo yang beroprasi selama 24 jam ini, membuat beberapa pegawai memilih untuk tinggal di burjo daripada ngekos, karena ada alasan menghemat biaya. Akan tetapi ada pula pegawai yang ngekos. Untuk ngekos atau tidaknya tergantung dari masing-masing individu. Tidak ada paksaan untuk harus ngekos atau tidak boleh tinggal di burjo. Semuanya bersifat fleksibel. Apabila ada pegawai yang lebih nyaman untuk tinggal di kos, maka ia lebih memilih untuk ngekos. Kalau dirasa lebih aman dan nyaman tinggal di burjo, tetap di perbolehkan.
Selain situasional mengenai pemilihan tempat tinggal, ada pula kebebasan atau lebih tepatnya kondisional untuk pulang kampung. “Karena beberapa pegawai sudah ada yang berkeluarga, jadi diberi kebebasan untuk pulang kampung,” jelas Opik. Akan tetapi ada pula pegawai yang masih lajang, dan itu pun terserah si pegawai lajang mau pulang kampung kapan pun ia mau. Karena masih lajang, jadi pulang setahun sekali, ada pula yang biasanya enam bulan sekali. Kembali lagi, tergantung situasi dan kondisi dari si pegawai itu tadi. Mau lajang atau sudah berkeluarga, untuk urusan pulang kampung pun juga kembali ke masing-masing individu.
Burjo Oneway ini sudah memiliki tiga cabang dan Opik yang bekerja di cabang ketiga. Ia bercerita bahwa memang dari cabang pertama sampai ketiga, burjo ini di kelola oleh orang-orang yang masih memiliki hubungan saudara. Mereka yang bekerja di burjo ini semuanya berasal dari Kuningan. Seperti burjo kebanyakan yang memang berasal dari Kuningan, Jawa Barat.
Tentu saja pelopor atau pendiri dari Burjo Oneway ini yakni yang berada pada cabang pertama. Jadi untuk bagi hasil, Opik menyatakan bahwa ada presentase antara 40% dan 60%. Opik menjelaskan lagi bahwa untuk pegawai biasa seperti dia, mendapat bagi hasil 40%. Sedangkan untuk yang mendapat hasil 60% tentu saja pemilik saham.
Melihat jam kerja selama 24 penuh, jadi kesehatan dari pegawai perlu di perhatikan. Karena pekerjaan itu sudah menjadi kewajiban dari pegawai, serta pegawai sudah menyetujui bahwa akan bekerja selama 24 jam, maka secara tidak langsung, kesehatan juga harus diperhatikan oleh masing-masing pegawai. Bagi Opik, karena ia bekerja di malam hari, tips bagi dirinya untuk menjaga kesehatan hanya tidur yang cukup. Karena, bagi dia salah satu musuh terbesarnya adalah HP. Karena ketika ia sudah hanyut dalam media sosial, ia sudah pasti tidak bisa tidur. Sehingga jam tidurnya terpotong dan tidak maksimal. Jadi, satu hal yang harus ia hindari agar bisa tidur dengan cukup adalah dengan mengurangi bermain HP. Hanya itu. Selebihnya, ia tidak ada tips khusus.
Kebanyakan burjo memang buka selama 24 jam penuh. Khususnya burjo di dekat UMS, tak sedikit yang buka selama 24 jam penuh. Saya sebagai penulis sekaligus pelanggan setia burjo merasa ketika saya berkunjung ke burjo, aa’ pegawai burjo itu-itu saja. Saya pikir tidak ada pergantian jam, akan tetapi setelah menilik lebih dalam, ternyata ada.
Pergantian jam selama tiga kali sehari, serta kebebasan untuk tinggal di kos atau di burjo menjadi pilihan masing-masing pegawai. Jadi, tentu tidak memberatkan pegawai untuk urusan itu, mengingat semua pegawai burjo berasal dari Kuningan, otomatis mereka perantau dengan latar belakang masing-masing. Serta dengan bagi hasil yang sudah ditetapkan, pegawai bisa menentukan dimana ia akan tinggal.
Sebuah warung makan yang buka selama 24 jam penuh tentu sebagai pegawai harus memperhatikan kesehatan. Tidur yang cukup serta mengurangi intensitas dalam bermain HP adalah salah satu usaha yang dilakukan agar dapat jam tidur yang maksimal. Mengingat jam kerja pada shift malam dimulai dari jam tujuh sampai jam sembilan pagi.
Argumen dari Pelanggan untuk Burjo
Siapa yang tidak familiar ketika mendengar kata burjo masuk di telingan kita? Mahasiswa daerah mana saja pasti pernah singgah dan menyantap masakan aa’ burjo, salah satunya adalah nasi magelangan yang yahud rasanya. Tempat ini yang selalu mengerti isi kantong mahasiswa. Mereka akan lebih memilih makan di burjo yang jelas dijamin perut mereka akan merasa kenyang.
Makanan favorite mahasiswa beraneka macam, mulai dari magelangan, nasi goreng, nasi orak-arik, mie dodok, tahu kremes, martabak mie, nasi telur, nasi ayam, dan indome goreng. Dari beberapa narasumber yang ditemui saat di burjo lebih sering memakan mie dok-dok dan magelangan. Menurut Januar salah satu pelanggan burjo, rasa mi dok dok yang nikmat dan mantap membuatnya kecanduan untuk selalu menyantap mi dok dok. Makanan ini banyak diminati dan disukai para mahasiswa. Magelangan semacam nasi goreng dan ada mienya, tidak lupa nasinya banyak, membuat para mahasiswa kenyang setelah menyantapnya.
Alasan para narasumber yaitu mahasiswa yang sering ke burjo, dari masing-masing mereka mempunyai alasan tersendiri, kenapa sih memilih burjo tidak tempat lain saja. Kebanyakan dari mereka jawabannya hampir semua sama yaitu karena ada wifi, nah wifi ini lah yang menjadi daya tarik mahasiswa untuk sering ke burjo daripada tempat lain. Selain wifi burjo juga buka 24 jam, sehingga membuat mahasiswa terasa aman kalau ada burjo, karena kalau dari mereka ada yang lapar di tengah malam saat sedang di kos, langsung deh ke burjo karena tempat yang strategis dan mudah untuk dijangkau para mahasiswa. Banyak juga pilihan menunya, sehingga membuat para mahasiswa tidak bosan dengan menu yang itu-itu saja, harganya pun relatif murah dan terjangkau bagi mahasiswa.
Menariknya saat di burjo menurut beberapa narasumber dari mahasiswa yang sering ke burjo yakni tempatnya nyaman buat nongki atau nongkrong bersama teman-teman, bersantai dan mengerjakan tugas bersama teman-teman. Lalu harga standar membuat pas di kantong dan kenyang. Ada juga dari mahasiswa yang hanya ikut-ikutan teman karena temannya suka ke burjo yam au tidak mau jadi ikut-ikutan nongkrong di burjo. Nama menu makanan pun menarik seperti INTEL artinya Indomie Telur. Tidak lupa juga para mahasiswa asyik berswa foto bersama untuk mengabadikan moment kebersamaan mereka bersama teman-teman saat sedang berkumpul. Burjo dapat dijadikan sarana saat mata kuliah kosong langsung tancap gas ke burjo sebagai basecamp untuk nongkrong, karena banyak minuman cepat saji atau aneka coffe sachet.
Kekurangan yang dirasakan oleh para narasumber ketika di burjo adalah permasalahan fasilitas. Fasilitas yang ada pada burjo kurang memadai, misalnya penyediaan kipas angin. Keadaan yang panas membuat kebanyakan pembeli ingin menyantap makanan dengan angin suasana yang sejuk, tetapi di burjo hanya ada beberapa kipas angin yang berfungsi. Masalah lain yang dirasakan oleh narasumber yang bernama Nurin adalah rasa masakan yang disajikan, mereka merasa ada nasi di burjo sangat keras, lalu masakan di sana terlalu banyak micin tambah Wisnu yang juga pelanggan burjo. Dalam hal pelayanan menurut Firda, ketika keadaan burjo sedang ramai juga agak lambat, sehingga narasumber pernah merasakan menunggu pesanan terlalu lama. Wi-Fi yang disediakan di burjo juga kurang kencang dan sering terjadi trouble jaringan Wi-Fi kata Samdoria. Kekurangan lain yang tidak kalah menarik menurut Fahreza adalah fasilitas kamar mandi di sana, penyediaan kamar mandi yang tidak memisah kamar mandi antara laki-laki dan perempuan. Dan ada pula yang mengatakan males karena ada tukang parkirnya.
Kelebihan yang dirasakan oleh narasumber ketika di burjo adalah soal harga. Jenis makanan dan minuman yang ada di burjo harganya sangat terjangkau di kantong mahasiswa dan pilihan menunya sangat beraneka ragam. Selain itu, ada pula yang senang karena burjo buka selama 24 jam sehingga kapan saja mereka merasa lapar, tidak repot-repot mencari tempat makan. Rata-rata dari narasumber mencari tempat dengan fasilitas Wi-Fi yang kencang, jika penyediaan Wi-Fi di burjo benar-benar memadai maka kebanyakan dari mereka lebih memilih burjo untuk menyelesaikan tugas atau nongkrong santai.
Rata-rata narasumber menjawab bahwa mereka cukup senang ketika menikmati makan di burjo. Selain lokasi makannya yang cukup mamadai, uang yang dikeluarkan untuk sekali makan tidak begitu banyak sehingga sangat terjangkau. Menurut Yusuf, variasi makanan dan minuman yang dijajakan di burjo membuat para pembeli bisa banyak memilih berbagai referensi. Dan mereka menjadi bisa berganti-ganti makanan atau minuman ketika sedang di burjo. Dan karena bervariasi para pelanggan menjadi tidak merasa bosan dan tentunya pasti setiap pelanggan memiliki jenis makanan yang disukai. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ada mahasiswa yang merasa terpaksa ketika makan di burjo, karena diajak oleh teman-temannya lalu ia terpaksa menuruti kemauan temannya. Hal tersebut karena jenis makanan yang ada di burjo bagi ia kurang cocok di lidahnya. Juga karena baginya tempatnya kurang begitu bersih dan nyaman. Tetapi kebanyakan dari mereka beranggapan “sing penting warek” sehingga mereka lebih memilih makan di burjo saja.
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi kenyataan bahwa harga makan dan minum di burjo memang sangat terjangkau di kantong para mahasiswa. Mahasiswa daerah mana saja pasti mengakui akan hal tersebut Harga untuk seporsi makanan dan minuman sangat standar dan cukup hemat, itu pun sudah membuat perut merasa kenyang. Jadi kebanyakan mereka sangat memilih burjo untuk dijadikan tempat pengisi perut. Bagi mereka yang ingin menyisihkan uang sakunya untuk ditabung pasti memilih burjo untuk kebutuhan makannya.
Kritik yang diberikan oleh kebanyakan narasumber adalah dalam hal jaringan Wi-Fi yang harus benar-benar diperbaiki, agar para pelanggan merasakan fasilitas yang ada di burjo. Lalu ada pula yang menghimbau untuk sekitar tempat makan harus dijaga kebersihannya dan para pelayan juga harus senantiasa menjaga penampilan dan kebersihan diri mereka sendiri. Kualitas rasa masakan harus diperbaiki lagi, agar pelanggan tidak merasa kecewa jika mereka berekspetasi terhadap rasa makanan yang ia pesan tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya dalam hal nasi, nasi menjadi makanan pokok yang dibutuhkan oleh pembeli maka usahakan nasi yang disajikan rasanya jangan terlalu keras, agar enak dimakan. Lebih khusus lagi ketika memberikan gula dan es batu pada minuman, sebaiknya diperbaiki lagi atau segera diubah karena ada pelanggan yang merasa minuman pesanannya rasanya hambar, dan es batunya cepat mencair bahkan sebelum makanan datang es batu pada minuman juga sudah tidak ada.
Saran yang diberikan agar burjo senantiasa menjadi lebih baik lagi kedepannya, dan selalu menjadi tempat favorite para mahasiswa adalah dengan memperbaiki fasilitas Wi-Fi, dan memperbaiki cita rasa makanan yang ada. Sudah menjadi tradisi jika setiap mahasiswa ketika berada disuatu tempat mencari fasilitas Wi-Fi, apalagi di burjo memang menyediakan Wi0Fi namun jika jaringannya tidak lancar, yang ada hanya membuat kesal para pelanggan. Lalu fasilitas lain yang juga harus diperhatikan adalah ventilasi udara, hal tersebut sangat berpengaruh dengan tingkat kenyamanan para pembeli. Ketika udara siang sangat panas, dan pembeli sedang rame maka udara di sekitar pun juga menjadi panas dan sumpek. Maka sebaiknya menambah ventilasi udara yang ada, dan menambah kipas angin sehingga ketika menyantap makanan pelanggan tetap merasa nyaman dan sejuk. Saran yang lain ialah fasilitas mushola, para mahasiswa ketika memasuki waktu sholat juga ingin menunaikan ibadah tepat pada waktunya sehingga fasilitas ini juga harus tersedia di burjo. Dan juga kamar mandi, sebaiknya ditambah lagi dan kalau bisa antara laki-laki dan perempuan tempatnya dipisah.
Komentar
Posting Komentar