Waktu Belajar dengan Waktu Bermain, Sudah Sesuaikah?

 


Kita semua mengetahui dan memahami sekali bahwa kita belum terbebas dari pandemi COVID-19 yang seakan-akan memenjarakan kita. Sulit dipercaya bahwa semakin kesini semakin banyak orang yang dinyatakan positif COVID-19. Bumi pertiwi memang sedang tidak baik-baik saja. Namun apa cukup kita hanya berdiam saja meratapi kenyataan? Tidak, tentu tidak. Kita harus segera menyesuaikan kehidupan kita dengan keadaan saat ini. Yakin saja semua cobaan akan segera berlalu atas kehendak Allah SWT.

            Keadaan semacam ini berimbas kepada semua masyarakat bahkan seluruh dunia sekali pun. Bidang pendidikan salah satunya, begitu drastis perubahan yang nampak pada bidang ini. Seperti yang kita tahu bahwa proses pembelajaran saat ini bisa disebut langka. Model PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang begitu menuntut siswa mempunyai media untuk menikmati sebuah proses. Semua terjadi di luar kontrol manusia yang lemah. Mau tidak mau, sanggup atau tidak semua harus dilalui.

Pembelajaran daring sebutan lainnya, mempunyai titik kelebihan dan kelemahan tersendiri. Kita sadar bahwa tidak semua makhluk citpaanNya mendapatkan keberuntungan yang sama. Kita pun sebagai sesama makhluk yang berasal dari tanah juga haru saling memahami antara satu dengan yang lainnya. Kelebihan dari model pembelajaran saat ini dilakukan ialah menghemat waktu, model ini tidak memerlukan adanya perjalanan untuk sampai ke sekolah. Anak cukup di dalam rumah mengikuti jadwal jam pembelajaran dari sekolah. Kekurangan dari model ini menurut pandangan publik tentu cukup banyak. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang wali murid “menurut saya ya mbak, kalau disuruh milih gitu ya pilih masuk sekolah aja daripada di rumah gini, jadi boros kuota kan rumah ngga pasang Wi-Fi. Terus kita sebagai orang tua juga susah kalau harus ngajarin tugas anak kita aja gatau materinya apa, pusing mbak”. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi orang tua pun merasakan kebingungan dan kegelisahan dalam model pembelajaran ini. Para orang tua dituntut untuk sangat jeli dalam urusan pendidikan putra-putrinya. Kita juga memahami bahwa tidak semua orang tua bisa dengan baik mendampingi anaknya dalam urusan belajar dari rumah. Misalnya pukul 07.00 anak harus mulai mengikuti sekolah daring, sedangkan pukul 07.00 pula orang tua juga harus masuk kerja atau melakukan pekerjaan lain. Dari keadaan semacam itu semua murid yang mengikuti PJJ senantiasa tidak diawasi secara optimal.

Lalu bagaimana dengan pemahaman materi anak? Apakah waktu belajar mereka tidak terkalahkan dengan waktu bermain mereka? Kita sering melihat anak-anak seusia sekolah dasar, atau kita juga sering menyaksikan ABG seusia sekolah menengah pertama yang asik bermain waktu pagi menjelang siang dan siang menjelang sore. Layaknya tanpa beban mereka asik bermain bersama-sama. Dari kondisi inilah kita patut unuk mempertanyakan hal tersebut. Jika pihak dari sekolah sudah berusaha dengan sebaik mungkin dalam proses penyampaian pembelajaran, maka orang tua selanjutnya berperan dalam mengkondisikan kegiatan anak-anaknya. Semua pihak turut andil dalam hal semacam ini, pembelajaran dari rumah ini membutuhkan kekompakkan antara anak dengan orang tua. Pastikan anak benar-benar mengikuti pembelajaran dengan baik, dan jika anak masih memiliki waktu senggang lalu ingin bermain beri waktu secukupnya. Dan tentunya jangan lupa ingatkan anak untuk belajar mandiri agar tidak ketinggalan pembelajaran. Dengan cara mengontrol semacam itu artinya orang tua juga membersamai dalam proses pembelajaran model daring ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Panjang Warung Burjo : dari Kacang Ijo hingga Berubah menjadi Warmindo (Topik I, II, III)